Rabu, 21 November 2007

Tokoh Berpengaruh Dunia.....

Kalau Anda menelisik 100 tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah, maka Anda akan menemukan 71 tokoh berasal dari benua Eropa, 18 dari benua Asia, dan 8 dari benua Amerika. Sekarang Anda lihat pula 100 merek global teratas versi BusinessWeek dan Interbrand. Niscaya Anda akan terperangah. Anda akan dihadapkan pada data yang sebaliknya. Sebanyak 51 merek berasal dari Amerika, 37 dari Eropa, dan 11 dari Asia (8 di antaranya dari Jepang). Dalam hal ini, Amerika-lah yang pantas diberikan tepuk-tangan.

Apabila diruntut ke belakang, kita akan menyadari bahwa Amerika adalah negeri yang beruntung. Betapa tidak? Pada 1.803 teritorinya bertambah dua kali lipat, karena Prancis menjual murah tanah jajahannya –Lousiana– kepada Amerika. Terus, sepanjang 1940-an sumber daya manusianya semakin kaya, karena 25.000 orang-orang Eropa kelas atas kabur ke sana, salah satunya Albert Einstein.

Tidak cukup sampai di situ. Ketika Perang Dunia II usai pada 14 Agustus 1945, ternyata dataran Amerika tetap utuh. Tahu sendiri ‘kan, medan pertempuran memang tidak terpusat di sana. Sebaliknya, dataran Eropa dan Jepang betul-betul porak-poranda. Semenjak 1940-an Amerika pun memperkuat diri. Dan tidak mengherankan, sekarang Amerika berhasil menebar pengaruhnya ke seluruh penjuru bumi, baik dari segi militer, sosiobudaya, sains, maupun ekonomi. Yah, hampir-hampir tidak ada yang sanggup mengungguli Amerika. Uni Soviet yang diharapkan menjadi penyeimbang, ujung-ujungnya malah babak-belur dan bubar jalan pada 1991.

Apakah Asia terutama Jepang senang dengan fakta tersebut? Mana mungkin! Kita lihat dulu latar belakangnya. Pada 1.639 Jepang di bawah pemerintahan Shogun Tokugawa masih disibukkan dengan pengusiran warga asing dan pengisolasian negara selama 240 tahun ke depan. Sementara pada masa yang sama, masyarakat Amerika telah mengenal istilah “pelanggan”. Jadi bisa dikatakan, dari segi pengetahuan mengenai pasar, Jepang tertinggal sangat jauh oleh Amerika.
Tetapi setelah Restorasi Meiji dicanangkan pada 1.868, Jepang mulai berubah dan berbenah. Berkat semangat penyempurnaan terus-menerus (kaizen), 30 tahun kemudian Jepang mampu berdiri sejajar dengan negara-negara paling maju di dunia. Bukan cuma itu. Awal abad 20, industri tekstil dan perkapalannya berhasil mengimbangi Inggris dan Amerika yang kononnya jebolan dari Revolusi Industri.

Mulai 1960-an, catatan perdagangan Jepang-Amerika menunjukkan angka surplus bagi Jepang. Pada waktu yang berbarengan, Konosuke Matsushita –pendiri Panasonic– dinobatkan sebagai industrialis terhebat di Amerika dan wajahnya menghiasi sampul majalah Time. Serangan Jepang terus berlanjut. Pada 1970-an tanpa tedeng aling-aling mobil-mobil Jepang mulai melabrak industri otomotif Amerika.

Akhirnya sejarah membuktikan, Jepang yang dulunya negara terbelakang, sekarang menjadi negara economic superpower di muka bumi ini setara dengan Amerika dan China. Hanya Amerika dan China yang sanggup mengalahkan GDP-nya. Padahal sumber daya alam dan jumlah penduduknya sangat terbatas –tidak ada seujung jarinya Amerika dan China.Lantas bagaimana dengan merek-mereknya? Sayangnya, Jepang bersama Korea Selatan yang mewakili Asia hanya sanggup menempatkan 11 merek di antara 100 merek teratas di dunia, terjepit di antara 51 merek dari Amerika dan 37 merek dari Eropa. Jadi, adalah perjuangan yang sangat panjang bagi Asia agar bisa meneriakkan, “Go to hell, America!” apalagi menggusur dominasi merek Barat secara keseluruhan. Meski dua orang Asia –Soekarno dan Mahathir– sudah jauh-jauh hari menyerukannya. Adapun 11 merek yang telah mengharumkan nama Asia itu adalah Toyota, Honda, Samsung, Sony, Canon, Nintendo, Hyundai, Panasonic, Nissan, Lexus, dan LG. ***

Tidak ada komentar: